Pemerintah China selama ini berada di bawah pengawasan ketat dari kelompok hak asasi manusia (HAM) atas perlakuan terhadap penduduk Uighur di Xinjiang, wilayah yang berbatasan dengan Rusia, Kazakhstan, dan Mongolia di barat laut negara itu.
Baca juga: Cerita Hoaks Siswi yang Berujung Pemenggalan Guru Prancis Samuel Paty
Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times, dalam tweet-nya Rabu malammenyatakan bahwa Australia dan AS menunjukkan kemunafikan dalam kecaman mereka terhadap Beijing. Menurutnya, kedua negara itu secara historis melakukan pelanggaran HAM terhadap masyarakat adat.
- Ketegangan Meningkat, AS-China Sepakat Bertemu di Alaska
- Nilai AS ‘Lebay’, China: Klaim Beijing Invasi Taiwan Hanya untuk Tingkatkan Anggaran
- Iran Coba Rekrut Tahanan Cantik Asal Australia Jadi Mata-mata
“Apa itu genosida? Membantai penduduk asli Amerika dan Aborigin Australia, memaksa orang-orang yang dijajah untuk berbicara bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, mengubah cara hidup mereka, ini adalah genosida, bukan?,” tulis dia.
Global Times berada di bawah payung surat kabar yang dikelola Partai Komunis China, People’s Daily, publikasi resmi dari Komite Sentral negara China.
Global Times telah diberi label di beberapa negara sebagai ”Fox News-nya China” karena kecenderungannya untuk propaganda.
Minggu ini, sebuah laporan oleh 50 ahli hukum internasional dan genosida memutuskan bahwa aktivitas China di Xinjiang melanggar setiap ketentuan Konvensi Genosida Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Lihat Juga: Mau Uang Tunai Puluhan Juta? Kepoin Sini, Caranya Gampang Banget Loh!