“Kepergian Daniel Dhakidae merupakan kehilangan kami di LP3ES dan Prisma karena DD, begitu dipanggil di LP3ES, hampir seluruh hidupnya “diwakafkan” ke LP3ES dan Prisma,” kata Didik dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Selasa (6/4/2021). (Baca juga; LP3ES Sebut Demokrasi di Indonesia Alami Kemunduran Serius )
Didik mengungkapkan, dirinya sangat mengenal sosok Daniel Dhakidae sejak tahun 1980-an ketika manjadi bagian dari LP3ES. Daniel menjadi bagian dari Majalah Prisma yang menjadi bagian jurnal para intelektual di Indonesia dan saya berada di Divisi Riset LP3ES.
Setelah itu Daniel diminta membantu LItbang Kompas dan sebagai peneliti LP3ES berpindah ke Litbang Kompas. “Usai pensiun di kompas Daniel kembali ke Prisma, saya pun habis melalanglang berbagai arena kembali menjadi Ketua Dewan Pengurus LP3ES,” kata Didik.
- Telegram Kapolri Soal Larangan Media Liput Arogansi Aparat Dicabut
- Larangan Media Tampilkan Arogansi Aparat, DPR: Biarkan Jurnalis Kerja Apa Adanya
- Polri Pastikan Telegram Kapolri untuk Internal dan Jajaran Divisi Humas
Didik menambahkan, Daniel Dhakidae merupakan individu sangat toleran dan intelektual egaliter. Dia mengajarkan lingkungannya dengan pikiran kultur egaliter, bukan feodal yang dilawannya sebagai biang kemunduran bangsa. (Baca juga; LP3ES: Perlu Gerakan Masif Agar Indonesia Tak Kembali seperti Orde Baru )
“Feodalisme gaya orde baru sangat dibencinya sehingga dia menjadi intelektual yang keras terhadap pemerintahan Orde Baru. Bagi saya pribadi kepergian DD adalah kehilangan besar, karena dia teman diskusi di Kantor LP3ES-Prisma,” pungkas Didik.
Lihat Juga: Asah Kemampuan Lewat Game Sudoku Lebih Menarik Dibanding Belajar Buku! Mainkan Gamenya!