Demikian disampaikan dr. Fiastuti Witjaksono, Dokter Spesialis Gizi Klinis UI dalam webinar yang diselenggarakan PP Muslimat NU. Pada remaja, perilaku konsumsi yang tidak seimbang tersebut terlihat lebih jelas.
“Kita perlu fokus pada remaja, karena saat ketidak tepatan nutrisi akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan generasi yang akan datang,” katanya.
Kata dia, jika remaja melakukan diet yang salah akan berakibat gangguan pertumbuhan. Dan bila dietnya salah maka akan menjadi remaja yang pendek dan akan melahirkan bayi-bayi yang stunting.
- Misteri Enny Arrow dan Bacaan Erotis yang Digandrungi Remaja Tahun 1980-1990-an
- Turunkan Stunting, Ditjen Dikti Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi
- Fokus Tumbuh Kembang Anak, MNC Peduli Kembali Sambangi Desa Wates Jaya
“Ditambah lagi remaja sekarang terbiasa mengkonsumsi fast food dan junk food yang kandungan gula, garam dan lemaknya tinggi,” ujarnya.
dr Fiastuti menuturkan, guna mencegah stunting, pemenuhan gizi remaja perlu diperhatikan.
“Harusnya nutrisi remaja yang mengandung nutrian yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya seperti protein yang tinggi, jangan banyak gula. Dan saya tidak setuju jika anak diberi kental manis karena sama sekali tidak ada gizinya isinya hanya gula,” tegasnya.
Kementerian Kesehatan RI menyebutkan besaran masalah gizi remaja saat ini terlihat . Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan, 1 dari 4 remaja mengalami stunting, 1 dari 7 remaja mengalami kelebihan berat badan serta 50% remaja mengkonsumsi makanan manis lebih dai 1 kali sehari.
Lihat Juga: Unik, Wanita Ini Bawakan Lagu Tanpa Batas Waktu Versi Folk! Merinding!